Hi girls!!

Apa yang terlintas di benak kalian ketika mendengar kata ‘ibu’?

Mungkin kalian akan menjawab “wanita yang sudah punya anak” ,”A hero” (kata adik saya), “A super woman” (kata kakak saya ), “My wife” (kata suami saya)… tapi kenyataannya ibu itu 24 hours working without ending.

Lalu apa yang terlintas di benak khalayak umum ketika mendengar kata IRT (Ibu Rumah Tangga)??!

🙄🙄🙄🙄😣😣😣😣😊😊😊

Hal yang unik nampak ketika saya Googling data dari BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2002-2004 menunjukkan, klo ternyata ibu bekerja jumlahnya lebih tinggi di desa di banding dengan di kota. Menarik dan memicu spekulasi.

Anyway, ketika saya kuliah dulu tidak pernah terpikir untuk menjadi seorang ibu rumah tangga. Karena saat itu role model saya adalah ibu saya yang seorang wanita karier dan kebetulan saudara saya perempuan semua. Ayah dan ibu saya mendidik kami putri putrinya untuk memiliki penghasilan sendiri dan mandiri secara finansial.

Hal tersebut yang terus memotivasi saya mengejar pendidikan tinggi hingga saya melanjutkan pasca sarja ke luar negeri melalui salah satu beasiswa pemerintah. Namun perlahan – lahan ketika saya hampir menyelesaikan thesis, saya mulai memikirkan masa depan dan idealisme tentang wanita karier itu luntur juga.

Saya merasa ada yang salah ketika saya harus berkarier, berlomba lomba berprestasi di luar rumah. Saya merasa saya tidak merdeka dan merasa bukan disitu tempat saya. Hal itu membuat saya berpikir ulang untuk melanjutkan pekerjaan saya sebagai seorang pengajar. Dan inilah pemikiran saya mengenai pekerjaan ibu rumah tangga:

1. Ibu rumah tangga adalah suatu kebebasan. Dengan bekerja sebagai ibu rumah tangga maka kita akan memiliki waktu lebih untuk hal hal yang kita sukai. Kita bisa bebas mengeksplorasi bakat dan minat kita tanpa perlu di batasi dengan title pendidikan.

Selain itu menjadi seorang ibu rumah tangga tidak perlu kejar setoran untuk penghasilan. Bukan kah ini hal yang menyenangkan?! Cukup suami yang berpeluh dengan keringatnya dan kita bisa gelar sajadah, banyakin doa biar rejeki suami lancar jaya.. gag perlu keluar untuk kepanasan, kehujanan tinggal di rumah ngurus anak sambil berdoa. Dapet pahala plus Dapet Rejeki 🤗😊😋

2. Ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang paling pas untuk wanita. Dengan fitrah wanita sebagai seorang pemilik sifat rahmah, dengan menjadi ibu rumah tangga maka kita punya tempat yg tepat untuk menyalurkan fitrah kita sebagai seorang wanita. Memperhatikan hal detail, mengurus banyak hal dan tentu saja menyalurkan rasa kasih sayang kita ke suami dan anak anak.

3. Ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang “luar biasa”. Anak anak adalah investasi dunia akhirat kita. Dengan mendidiknya dengan baik dan benar maka anak akan menjadi salah satu ladang amal jariyah untuk kita. Saya ingin sekali anak saya bisa mengucapkan bismillah dalam setiap hal dan tentu saja akan sangat merugi jika ucapan bismillah pertama kali dia kenal dari guru TK nya, karena nnti pahalanya k guru TK donk … hehehe..

4. Ibu rumah tangga itu penuh manfaat. Klo ada yang bilang jadi IRT itu pengangguran coba suruh jadi IRT dlu dech. Gag gampang jadi ibu rumah tangga, dengan aktivitasnya yg super banyak tanpa mengenal waktu tentu saja manfaat yang di berikan inn syaa Allah luar biasa. Klo gag percaya coba boleh tanya suami suami yang pada cape d kantor. Klo pulang liat anak tidur kenyang, rumah bersih, istri cantik menyenangkan dan makanan enak tersaji di rumah siapa yang gag seneng?? Mau secapek apapun pasti moodnya naik juga. Apalagi suami mo tidur d pijetin.. pules dech suaminya. Hehehe tapi klo kita dah cape kerja seharian d luar. Anak yakin keurus ?? Makanan beli yakin enak sesuai selera ? Dandan cantik yakin suami seneng? Ada pembantu sih tapi yakin anak anak dah pada makan? Yakin rumah bersih sesuai kemauan kita ? Yakin bsa senyum pas suami pulang dg muka bad mood, kita lagi PMS kerjaan kantor banyak, kena marah atasan dan anak anak pada ribut karena krg perhatian? Humm

5. Working Mom must be very exhausting.. secara dia harus berkerja tentu saja penuh tuntutan dengan target tempat dia bekerja atau setidaknya memikirkan dua hal sekaligus yaitu pekerjaannya dan juga rumahnya (termasuk anak dan suami). Saya salut pada wanita wanita yang bekerja untuk membantu menafkahi keluarga karena pendapatan suami blm mencukupi. But honestly setiap orang memiliki rejekinya masing masing yang tidak akan tertukar. Tidak akan di ambil nyawa seseorang hingga terpenuhi semua rejekinya, itu janji pencipta kita.

However, I don’t wanna judge them who choose to be a working mother. Karena pada kenyataannya saya pun pasti bingung klo saya mau melahirkan tapi gag Ada dokter perempuan, perawat perempuan dan klo saya sakit dokternya semua laki laki, it’s a catastrophe for me.

Anyway … hal tsb di atas lah, yang membuat saya berubah pikiran dan memilih menjadi ibu rumah tangga. Ada kurang dan lebih memang, ada suka dan cita juga. Gag semulus khayalan kita juga jadi a housewife itu. Sampai saat ini saya pun mash belajar untuk menjadi seorang ibu yang profesional. Dan tulisan ini saya buat untuk memotivasi diri saya sendiri ketika minder melihat teman teman saya yang sudah banyak naik jabatan… heheh 😝😝

Subjektifitas memang sangat terasa di tulisan ini, kurang dan lebihnya d maafkeun ya… most of all I love being a housewife. Sekian dan terimaksh ..

Dipublikasi untuk memenuhi tantangan mba Monique dalam program arisan blog IIP Batam.

31 thoughts on “Belajar Menjadi Seorang Ibu Profesional

  1. 😍😍😍
    Terimakasih ovi sudah menuliskan hal yang tersimpan disudut hato. Btelw saya merasakannya karier baru saya naik jabatannya setiap nambah anak. Makin banyak anak makin tinggi jabatan hehe.

    Liked by 1 person

Leave a comment